Info Terkini :

SMK Negeri 3 Tegal
Jl. Gajahmada 72 D Tegal 52113

Powered by Blogger

Senin, 05 Oktober 2009

GAMBARAN UMUM KOTA TEGAL

1. GEOGRAFIS







Kota Tegal secara wilayah adminstratif berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal. Sedangkan secara geografis kota Tegal terletak pada posisi 109°08’ - 109°10’ Bujur Timur dan 06°50’ - 06°53’ Lintang Selatan dengan luas wilayah yang relatif sempit bila dibandingkan dengan dengan wilayah sekitar yakni sebesar 39,68 Km² atau 0,11% dari luas Provinsi Jawa Tengah, setelah ada penambahan dari sebagian wilayah Kabupaten Brebes. Batas wilayah Kota Tegal secara administratif dapat diuraikan sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Timur : Kabupaten Tegal - Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal - Sebelah Barat : Kabupaten Brebes

Secara adminstratif Kota Tegal terbagi ke dalam 4 kecamatan dengan 27 Kelurahan. Kecamatan Tegal Barat memiliki wliayah paling luas sekitar 15,13 km² disusul kecamatan Margadana seluas 11,76 km², kecamatan Tegal Selatan seluas 6,34 km² dan kecamatan Tegal Timur seluas 6,36 km².

2. KEPENDUDUKAN







Jumlah penduduk, perkembangan dan kepadatan penduduk di Kota Tegal menyebar hampir merata diseluruh wilayah kecamatan. Berdasarkan data Kota Tegal Dalam Angka tahun 2007 jumlah penduduk kota Tegal sebanyak 245.728 jiwa dengan kepadatan 6.193 jiwa/km². Jumlah penduduk terbanyak di wilayah kecamatan Tegal Timur sejumlah 73.641 jiwa dengan kepadatan 11.579 jiwa/km², sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Margadana dengan jumlah 51.828 jiwa dan kepadatan 4.407 jiwa/km².

Kota Tegal, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal di sebelah timur dan selatan. Hari jadi kota Tegal adalah 12 April 1580. Kota Tegal juga merupakan cikal bakal kelahiran Korps Marinir TNI Angkatan Laut lahir pada 15 November 1945, seperti tercantum dalam Pangkalan IV ALRI Tegal nama Corps Mariniers. Status lembaga TNI AL di Tegal mengalami beberapa perubahan, mulai dari Detasemen AL (Denal), Landasan TNI AL (Lanal), dan Stasion AL (Sional). Untuk pertama kalinya, putra daerah yang menjabat sebagai Dan Sional adalah Letkol (Laut) Nurhidayat, asal Desa Kaligayam, kabupaten Tegal.

Pemerintahan

Kota Tegal terdiri 4 kecamatan, yakni Tegal Barat, Tegal Timur, Tegal Selatan, dan Margadana.

Balai kota Tegal semula menempati gedung yang kini digunakan untuk gedung DPRD Kota Tegal. Namun sejak tahun 1985, pusat pemerintahan dipindahkan ke bekas pendopo Kabupaten Tegal, yakni di kawasan alun-alun.

Geografi

Tegal terletak 165 km sebelah barat Kota Semarang, atau 329 km sebelah timur Jakarta. Tegal memiliki lokasi yang strategis, karena berada di jalur pantai utara (pantura) Jawa Tengah , serta terdapat persimpangan jalur utama yang menghubungkan pantura dengan kota-kota di bagian selatan Pulau Jawa.

Kota Tegal berbatasan langsung dengan ibukota Kabupaten Brebes. Pertumbuhan kota Tegal juga berkembang ke arah selatan di wilayah Kabupaten Tegal, yakni di kecamatan Dukuhturi, Talang, Adiwerna, dan Slawi.

Stasiun kereta api Tegal menghubungkan kota ini dengan kota-kota lain di Pulau Jawa. Beberapa kereta api yang singgah di stasiun ini adalah: Senja Utama dan Fajar Utama

(Jakarta-Semarang), Sembrani dan Argo Dwipangga (Jakarta-Surabaya), Matarmaja (Jakarta-Malang), Bangunkarta (Jakarta-Jombang), Harina (Bandung-Semarang), dan Kaligung (Tegal-Semarang). Pada era 1960-an kota Tegal pernah memiliki landasan udara Martoloyo yang diresmikan oleh Presiden Sukarno.

Jika diukur dengan jarak tempuh antara Jakarta dan Surabaya, kota Tegal kira-kira berada di tengah-tengahnya. Posisi strategis yang didukung dengan infrastruktur yang memadai menjadikan kota Tegal sebagai kota transit. Hal tersebut berdampak pada hidupnya usaha di bidang jasa pariwisata, terutama perhotelan.

Perekonomian

Perdagangan dan jasa merupakan sektor utama perekonomian kota Tegal. Kota ini menjadi tempat pengolahan akhir dan pemasaran berbagai produk dari kawasan Jawa Tengah bagian barat. Usaha kecil dan menengah yang cukup pesat kemajuannya adalah industri logam rumahan di kawasan jalan Cempaka, dan kerajinan batik Tegalan di kelurahan Kalinyamat. Untuk mendukung denyut perekonomian, pemerintah Kota Tegal telah membangun Pusat Promosi dan Informasi Bisnis (PPIB) di Jalan Kol. Sugiyono.

Iklim investasi yang cukup sejuk mengundang banyak investor luar daerah menanamkan modalnya di kota ini. Maka tak mengherankan, dalam kurun waktu 5 tahun sejak 2001, telah berdiri beberapa pusat perbelanjaan antara lain Pacific Mall, Rita Mall, Dedy Jaya Plaza, Marina Plaza, dan Pusat grosir Moro.

Wisata

Beberapa obyek wisata kota Tegal yang dapat dikunjungi antara lain :

* Pantai Alam Indah (PAI) yang dilengkapi anjungan, gardu pemantau, dan panggung hiburan.

* Wisata makanan antara lain: pondok makan jalan teri (pokanjari), lesehan di seputaran Jalan A Yani (pada waktu malam hari), rumah makan masakan laut di kawasan PAI, rumah makan Miraos, rumah makan Sari Laguna, dan lain-lain.
* Hotel berbintang di kota Tegal: Bahari Inn, Karlita

International Hotel, Plaza Hotel, Alexander, Susana Baru, Paramesti, Riez Palace. Di samping itu masih ada puluhan hotel berkelas melati.
* Pusat perbelanjaan : Pacific Mall, Dedy Jaya Plaza, Rita Super Mall, Marina Plaza, dan pusat grosir Moro.
* Wisata hobi : pasar burung di pasar senggol kawasan alun-alun.
* Taman Poci : Taman kecil yang terletak di depan Stasiun KA Tegal dilengkapi dengan permainan anak2 dan dihiasi lampu hias, cocok buat keluarga yang ingin “jagongan” karena banyak pedagang kaki lima yang menjajakan makanan khas Tegal + Teh Poci

Budaya

Meskipun kota Tegal tidak diakui sebagai pusat budaya Jawa, namun kesenian di sini berkembang cukup pesat. Berbagai macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional dan lokal. Kesenian asli kota Tegal adalah tari endel dan balo-balo. Ibu Sawitri merupakan generasi pertama penari endel. Selain itu seni sastra juga juga merupakan andalah kota Tegal. Penyair Tegal yang termasuk dalam angkatan 66 adalah Piek Ardijanto Suprijadi. Sementara Widjati digolongkan ke dalam penyair angkatan ‘00′. Kota Tegal tercatat memiliki dua tokoh perfilman nasional yang cukup produktif yaitu Imam Tantowi (sutradara dan penulis skenario), dan Chaerul Umam (sutradara).

Beberapa teater yang kiprahnya menjadi konsumsi berita nasional adalah teater RSPD (Yono Daryono), teater Puber (Nurhidayat Poso), teater Wong (M Enthieh Mudakir), teater Hisbuma (Dwi Eri Santoso), Teater Q (Rudi Itheng) dan lain-lain. Di bidang musik tercatat beberapa nama yang menjadi cikal bakal lahirnya musik Tegalan yaitu Hadi Utomo, Nurngudiono, dan Lanang Setiawan. Keberadaan Gedung kesenian (bekas Gedung Wanita) di jalan Setiabudi cukup menjadi wahana ekspresi para seniman kota Tegal. Kesenian di kota ini cukup menarik perhatian para peneliti dari luar negeri, antara lain Richard Curtis (Australia), dan Anton Lucas (Australia, penulis buku Peristiwa Tiga Daerah). Yang unik dari denyut kesenian di kota Tegal adalah hampir setiap pergelaran seni, entah di gedung kesenian atau sekadar di halaman sebuah sanggar, selalu diliput oleh media massa, baik lokal maupun nasional (cetak dan elektronik), hingga mengundang minat grup kesenian dari luar Tegal yang ingin berpentas di kota itu.
Masyarakat Tegal dikenal memiliki kerakter cenderung terbuka. Maka mampu melahirkan keakraban pergaulan. Salah satu keunikan wong Tegal adalah cara menyapa kepada sesama teman sebaya yang menggunakan panggilan sedap, dan bikin geli: ‘Jon’ dan ‘Jack’. Pendatang baru di kota Tegal tidak perlu heran dengan cara ini. Orang terbiasa saling sapa dengan ‘Jon’, kepada rekannya. Sebutan ‘Jon’ selain lebih terkesan manusiawi dapat melahirkan keakraban dalam pergaulan sehari-hari. Bandingkan dengan kota lain. Tak jarang kita jumpai untuk menyapa sesama rekan seseorang cukup menggunakan sebutan Dus (wedhus-kambing), Thek (kethek-monyet) atau Su (asu-anjing). Pemakai sebutan ini pun tidak hanya berlaku bagi masyarakat bawah saja. Kalangan eksekutif, legislatif dan usahawan di Kota Tegal pun terbiasa menggunakan.
Mantu Poci
Mantu Poci adalah salah satu kebudayaan di wilayah Tegal (Jawa Tengah), dengan cara inti melangsungkan ‘pesta perkawinan’ antara sepasang poci tanah berukuran raksasa.

Mantu poci pada umumnya diselenggarakan oleh pasangan suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum juga dikarunai keturunan. Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian makanan, dan beraneka pementasan untuk menghibur para undangan yang hadir. Tak lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah.

Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi.

Dewasa ini Mantu Poci sudah jarang digelar di Tegal. Salah satu repertoar yang diusung oleh Dewan Kesenian Kota Tegal di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 2003 adalah mementaskan drama berjudul Kang Daroji Mantu Poci, dikemas secara komedi.

Budayawan Kota Tegal

* SN Ratmana
* Piek Ardjianto Soeprijadi
* Eko Tunas
* Atmo Tan Sidik
* Imam Tantowi
* Chaerul Umam
* Maufur
* Yono Daryono
* Abdullah Sungkar
* Lutfi AN
* Abidin Abror
* Tambari Gustam

Bahasa
Bahasa tegal memiliki kemiripan dengan bahasa Banyumas (ngapak) yaitu dalam kosa kata. Namun kebanyakan masyarakat Tegal enggan disebut sebagai orang ngapak, sebab nyata-nyata dialeknya berbeda. Masyarakat yang menggunakan bahasa Tegal meliputi: bagian utara kabupaten Tegal, kota Tegal, bagian barat kabupaten Pemalang, dan bagian timur kabupaten Brebes. Kongres bahasa Tegal pertama digelar oleh pemerintah kota Tegal pada tanggal 4 April 2006, di hotel Bahari Inn. Acara yang digagas oleh Yono Daryono tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal). Tujuan digelarnya kongres itu adalah untuk mengangkat status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal.
Bangunan Bersejarah

Bangunan besejarah yang ada di kota Tegal kebanyakan berarsitektur Belanda. Berikut data bangunan yang masih dapat kita saksikan:

* Stasiun Kereta Api
* Gedung DPRD
* Balai Kota dan rumah dinas Walikota
* Kantor pos
* Markas TNI AL
* Pasar pagi
* Menara air di jalan Pancasila
* Gedung Universitas Pancasakti
* Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus
* Kelenteng jalan Veteran
* Sebagian rumah tinggal di jalan Veteran, A Yani, Sudirman, kelurahan Kauman

Rupa-Rupa
Rekor MURI yang telah diraih oleh pemerintah kota Tegal adalah: tahu terpanjang (425 meter) pada tahun 2005, dan minum teh poci bareng (5.000 peserta) pada tahun 2006.


Denah/ Peta Kota Tegal dapat diklik di sini

Tidak ada komentar: