Tren Pendidikan & ICT · Zaman sekarang, bersekolah di sekolah menengah sangatlah menyenangkan, ini hanya bisa terjadi bila guru-gurunya kreatif dan melek teknologi. Artinya, mau belajar berkreasi dengan menggunakan teknologi. · (Mohammad Abduhzen) Ada tiga hal yang membuat pemikiran (filsafat) pendidikan kita tidak berkembang. Ketiga hal itu adalah dominannya intervensi kepentingan "politik"; miskin pendekatan dan metodologi pembelajaran; serta kuatnya jiwa korupsi (corrupted mind) dalam kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan. · FPG meminta pemerintah untuk merevisi berbagai aturan dalam rancangan peraturan pemerintah yang mempersulit atau menghambat guru untuk memperoleh kesejahteraan. · Pendidikan budi pekerti (singkatan resminya PBP) disampaikan melalui dongeng. Pemikiran Pendidikan (Mohammad Abduhzen) Ada tiga hal yang membuat pemikiran (filsafat) pendidikan kita tidak berkembang. Ketiga hal itu adalah dominannya intervensi kepentingan "politik"; miskin pendekatan dan metodologi pembelajaran; serta kuatnya jiwa korupsi (corrupted mind) dalam kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan. Dalam konteks pendidikan, filsafat "masuk" pemikiran "tingkat tinggi" sehingga sedikit praktisi dan pengambil kebijakan pendidikan menyadari manfaatnya. http://www.kompas.com/kompascetak/0612/28/opini/3206280.htm RPP Tidak Memihak Guru Wakil Ketua Komisi X DPR Anwar Arifin (kiri), didampingi dua anggota Fraksi Partai Golkar (FPG) DPR Mariani Akib Baramuli (tengah), dan Aisyah Salekan, memberikan keterangan dan sikap Partai Golkar di Jakarta, Kamis (17/1). FPG meminta pemerintah untuk merevisi berbagai aturan dalam rancangan peraturan pemerintah yang mempersulit atau menghambat guru untuk memperoleh kesejahteraan. [Pembaruan/Charles Ulag] [JAKARTA] Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Guru , belum sepenuhnya berpihak pada nasib guru. RPP guru tersebut, sebaiknya disempurnakan kembali, karena ada sebagian substansinya yang justru mempersulit guru memperoleh hak-haknya sesuai amanat Undang-undang (UU) No 14/2005 tentang Guru dan Dosen. http://www.suarapembaruan.com/last/index.html Pendidikan Budi Pekerti Kita Mochtar Buchori Ketika saya masih di tweede inlandsche school (sekolah pribumi kelas dua, setara SD), pendidikan budi pekerti (singkatan resminya PBP) disampaikan melalui dongeng. Tiap dongeng ditutup dengan kata-kata "Liding dongeng...", artinya inti cerita. Di sinilah moral cerita dirumuskan. Pada pendudukan Jepang, saya murid sekolah guru. PBP diberikan dalam bentuk indoktrinasi. Dan, di zaman reformasi, fungsi PBP diambil alih pendidikan agama, dilakukan melalui khotbah atau nasihat. Bagaimana PBP sebaiknya dilaksanakan dalam situasi bangsa serba krisis ini? Inilah pertanyaan dasar Temu Warga Sekolah membicarakan PBP dan dihadiri sekitar 80 guru. Bersama Dr Daoed Joesoef, saya diminta menjadi narasumber. Cara berbeda Melalui pertemuan itu, amat diharap agar pendidikan budi pekerti dipikirkan guna mengatasi krisis bangsa. Pertemuan diharapkan membahas cara-cara menyelenggarakan PBP. Untuk itu saya menggunakan pendekatan "Pendidikan Budi Pekerti dalam Konteks Regenerasi Bangsa". Untuk itu, penyelenggaraan PBP selayaknya berbeda dari cara-cara konvensional. Alasannya, tujuan utama PBP konvensional adalah melahirkan individu yang saleh, bermoral, berbudi pekerti luhur, dan sebagainya. Sedangkan tujuan utama PBP untuk regenerasi bangsa adalah melahirkan generasi yang berwatak dan cakap. Dengan kata lain, PBP konvensional mengacu moralitas individual, sedangkan PBP regenerasi bangsa mengacu moralitas kolektif.