KUALA LUMPUR - Merebaknya demonstrasi yang menuntut penggunaan bahasa Melayu secara lebih luas mulai direaksi pemerintah setempat. Kemarin (8/7) Kuala Lumpur memutuskan melarang memakai bahasa Inggris untuk pengajaran matematika serta sains atau ilmu pengetahuan. Gantinya ialah bahasa nasional negeri jiran itu, yakni bahasa Melayu. Seperti dilansir Malaysia Mirror, kebijakan itu mulai berlaku pada 2012. Alasan resmi yang dikemukakan Menteri Pendidikan Muhyiddin Yassi, keputusan tersebut diambil setelah evaluasi menunjukkan hasil akademis pelajar Malaysia di kedua mata pelajaran itu cenderung menurun.
"Sebenarnya, tahun lalu rata-rata penggunaan bahasa Inggris dalam pengajaran matematika dan ilmu pengetahuan hanya antara 53-58 persen dari total waktu pelajaran. Tapi, dengan porsi seperti itu saja, tren nilai pelajar Malaysia di kedua mata pelajaran tersebut kurang baik," terangnya.
Meski Muhyiddin tak secara gamblang mengakui, bisa diduga bahwa keputusan tersebut tak lepas dari tekanan publik. Bulan lalu, dalam demonstrasi politikus dan ahli bahasa -khususnya mayoritas etnis Melayu- terungkap bahwa kebijakan pemerintah tentang penggunaan bahasa Inggris yang sudah berlaku enam tahun tersebut menghambat upaya memodernkan bahasa ibu mereka (Melayu).
Bahasa Inggris merupakan media pengajaran di hampir seluruh sekolah di Malaysia. Kelompok nasionalis kemudian mengubah budaya tersebut dan menggunakan bahasa Melayu dalam proses belajar mengajar, 20 tahun setelah Malaysia merdeka pada 1957.
Pada 2003, sadar kemampuan berbahasa Inggris lulusan sekolah menengah rendah -kalah bersaing oleh lulusan dari Singapura- mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad meluncurkan program pengajaran matematika dan sains menggunakan bahasa Inggris. Selain dua mata pelajaran tersebut, seluruh pelajaran tetap diajarkan dalam bahasa Melayu.
Mahathir dikabarkan kecewa atas keputusan itu. Seperti dilansir situs Malaysiakini.com, Dr M -sapaan akrab Mahathir- menyebutkan bahwa kebijakan rezim Perdana Menteri Najib Razak tersebut merupakan kesalahan. Namun, Muhyiddin menepis kabar itu.
"Setelah kami jelaskan, Dr M bisa menerima keputusan pemerintah tersebut," kata Muhyiddin yang juga menjabat wakil perdana menteri Malaysia itu.
Aktivis Melayu mulai angkat suara setelah pemerintah memutuskan mengkaji ulang program tersebut. Menurut klaim pihak pendukung bahasa Melayu, siswa di daerah terpencil yang mayoritas beretnis Melayu merasa paling dikorbankan atas program pengajaran bahasa Inggris tersebut.
Mengenai kekhawatiran sebagian pihak tentang bakal menurunnya kemampuan berbahasa Inggris para pelajar Malaysia, Muhyiddin menyatakan bahwa pemerintah akan menggantinya dengan memperbanyak kelas bahasa. "Kami juga akan merekrut lebih banyak lagi guru bahasa Inggris," tegasnya.
Selain itu, untuk para siswa yang telanjur mengikuti pengajaran dalam bahasa Inggris, sampai 2014, pemerintah tetap mengadakan kelas dan ujian matematika dan bahasa dalam dwibahasa, yakni Inggris dan Melayu.
Namun, kebijakan baru pemerintah itu langsung ditentang dua etnis besar di Malaysia selain Melayu, yaitu Tionghoa dan India. Mereka merasa dianaktirikan. Karena itu, mereka mendesak agar matematika dan ilmu pengetahuan juga diajarkan dalam bahasa Mandarin dan Tamil.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar