from mail.google.com Kalau mungkin, kapan-kapan berkunjunglah ke Kantor Perdana Menteri Israel dan mintalah diizinkan memasuki ruangan khusus yang berisi segala data tentang Indonesia. Segala sisi data dan fakta tentang NKRI, pemetaan kekayaan alamnya, kekuatan-kelemahan politik dan militernya, pemetaan sosial budayanya, daftar tokoh-tokoh segala bidang, update peristiwaperistiwa apa pun yang diperbarui dalam ukuran minggu. Secara intelijen maupun secara ilmu pengetahuan, jangan dulu tidak percaya bahwa Israel lebih mengetahui Indonesia dibanding Indonesia mengetahui dirinya sendiri. Kalau masih mau bersabar hati dan berlapang pikiran, tuliskan di dalam dirimu probabilitas bahwa Israel mengetahui sesuatu yang khusus tentang Indonesia— masa silam hingga masa depan—yang Indonesia sendiri sebagian pernah tahu tapi malas mengidentifikasinya, sebagian lain memang belum pernah tahu sama sekali. Iseng-iseng bukalah us-israel.org dan pandangilah center main display peta Republik Indonesia dengan sejumlah tempat ditandai dengan warna merah mencolok, seolah-olah ia dibikin oleh Indonesia dan tentang Indonesia. *** Karena semua orang ”berbunyi” sama tentang penyerbuan Gaza terakhir ini, ketika ada yang bertanya, saya menjawab: “Saya membayangkan bukan Gaza yang diserbu oleh Israel,tapi Indonesia”. Lho kok? “Saya tidak mengharapkan hal itu akan pernah benar-benar terjadi, tetapi Indonesia perlu mulai belajar bahwa orang lain jauh lebih mengerti kekuatan dan kelemahannya dibanding dirinya sendiri. Juga saya ingin memerhatikan gelagat, apakah dengan pengetahuan Israel yang mumpuni tentang Indonesia itu akan membuat Israel sedemikian berani ”bermusuhan” dengan Indonesia, ataukah sebaliknya…” Saya tidak akan memperpanjang tema ini, apalagi sampai surut jauh ke belakang pra-Nabi Ibrahim,era Parikesit dan banjir Nuh yang menyusun kepulauan-kepulauan, dst. Saya tidak mau merepotkan bangsa Indonesia yang selalu asyik dengan keahliannya menikmati kehidupan apa adanya, untuk tenggelam dalam penggalan-penggalan waktu, untuk berpikir sejengkal dan tidak memerlukan orientasi futurologis yang agak sedikit panjang ke depan—justru karena bangsa Indonesia memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga tidak memerlukan kesiapan apa pun untuk menghadapi apa pun. Setiap saat bangsa Nusantara ini siapditabrakolehapapun: bahkanoleh penderitaan dan kehancuran yang seberapa parah pun. Sekarang,dan itu sudah sejak lima tahun terakhir: bangsa besar ini sibuk dengan tiga hal. Pertama,pemilihan pemimpin.Kedua, pemilihan pemimpin.Ketiga, pemilihan pemimpin. Tanpa pernah benarbenar peduli apakah pemimpin yang dipilihnya itu memang pemimpin, apakah pula pemilihan dan pemilihan dan pemilihan itu lebih besar manfaatnya ataukah mudaratnya. *** Israel berani dan telah berhasil mempermainkan dunia, tetapi Indonesia terbukti juga sangat berani dan sukses mempermainkan dirinya sendiri. Israel setuju pada usulan PBB.Lumayan puas menempelengi harga diri Palestina dan membunuhi ratusan warganya,sekarang Israel menjadi pihak yang memiliki kearifan dan kemuliaan karena mau beristirahat menempeleng. Dia tidak mendapat sanksi apa pun dari PBB,dari Negaranegara Arab,serta dari siapa pun saja. Nanti kalau ritme sudah bergulir dan momentumnya tiba: tempeleng lagi. Yang bingung di muka bumi karena dipermainkan oleh Israel bukan hanya Umat beragama, bukan hanya PBB, dan siapa pun lainnya, tapi bahasa dan kata juga kebingungan. Israel istirahat mbedil di puncak ”krisis kemanusiaan” Palestina. Dunia makna bingung tentang kapan Palestina mengalami krisis kemanusiaan, karena dari sudut tafsir apa pun sesungguhnya Israellah yang mengalami krisis kemanusiaan. Kita juga kebingungan. Sebuah lembaga nasional berteriak,“Boikot Amerika Serikat!” Teriakan itu disebar ke media-media sesudah diketik dengan alat bikinan Bill Gates atau Steve Jobs, dan petugasnya karena capekmungkin delivery orderMcD.Kelompok- kelompok berkumpul dengan idiom ”Umat Islam”yang menyatakan bermusuhan dengan Umat Kristen dan Yahudi.Jangan sampai kelompok Kristen yang gabung dengan Hamas di Palestina serta orang-orang Yahudi warga Israel yang antipenyerbuan Gaza mendengar idiom itu. Semua negara-negara Arab sudah dikasih tahu sebelumnya bahwa Israel akan menyerbu Palestina.Dan syukur alhamdulillah mereka tidak berbuat apa-apa sehingga Perang Dunia bisa dihindarkan. Jangan terlalu setia, jangan terlalu bermoral, demi supaya tidak terjadi global war yang menyengsarakan semua makhluk. Israel sangat hafal mengamati “sela-sela air hujan”. Orang sibuk Natal dan Tahun Baru, Obama sudah presiden tapi belum bertugas, jadwal gencatan senjata telah berakhir: maka sebuah ”upper-cut” dahsyat dilayangkan ke dagu Palestina. Manusia di gurun itu meraungraung, kita semua manusia di bumi menangis, Chavez mengusir Dubes Israel, pemimpin-pemimpin kita melontarkan rudal kutukan, dan kita rakyat militan berkumpul menyiapkan ilmu kebal melawan peluru tentara Israel,kemudian minta Palestina memfasilitasi keberangkatan kita ke medan perang. Memfasilitasi itu tidak dijelaskan apakah berarti minta disediakan tiket Jakarta-Cairo PP. Sekarang,karena senapan prajurit Israel dirundukkan dan tidak dikokang lagi, segera kita dangdutan dan ngegosiptainment lagi. Nanti, kalau suara bedil menyalak lagi, kita demo lagi sesaat. Dunia tidak memerlukan penyelesaian tuntas dan mendasar atas permasalahan apa pun yang menimpanya dan yang diciptakannya sendiri.(*) Emha Ainun Nadjib Budayawan |
Kamis, 15 Januari 2009
Cak Nun : Krisis Kemanusiaan Israel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar